Asahansatu.com, Kisaran | Menjalin hubungan rumah tangga harmonis bukanlah sebuah hal yang mudah. Dalam perjalanannya pasang suami istri pasti banyak persoalan yang akan dihadapi. Namun jika tak dibicarakan secara musyawarah kekeluargan dan tidak terjalin komunikasi yang baik bisa bisa berujung fatal sampai dimeja hijau perceraian.
Data dalam catatan Pengadilan Agama (PA) Kisaran sampai dengan 14 Desember 2016, terdapat 1.222 perkara yang diterima, sedang 859 diantaranya telah diputus. Menariknya, sebanyak 800 kasus yang diputus cerai dan berkekuatan hukum tetap itu dipucu factor ekonomi dengan tingkat pendidikan klien dibawah SLTP.
“Faktor perceraian terbesar adalah karena ekonomi dan itu hampir pada semua kasus, dengan tingkat pendidikan mereka yang mengajukan gugatan sebahagian besar dibawah SLTP,” kata Alpun K Nasution, panitera muda hukum PA Kisaran saat dikutip komentarnya, Senin (18/12/2016).
Diakuinya, tingginya kasus perceraian setahun terakhir disebabkan faktor ekonomi lemah, sehingga menimbulkan masalah dalam rumah tangga seperti cek-cok antara suami istri yang berujung perceraian karena lemahnya pendidikan dan pengetahuan agama.
Sementara itu, golongan masyarakat yang banyak mengajukan perceraian adalah dari kalangan masyarakat umum dan bekerja disektor informal. “Kesulitan ekonomi yang dihadapi membuat rumah tangga tidak bisa dipertahankan, meskipun dalam mediasi sudah disarankan untuk saling berbagi dan melengkapi,” terangnya.
Dikatakannya lagi, penyebab lainnya adalah pasangan menikah di usia dini juga sering menyebabkan pertengkaran kecil dalam rumah tangga. Menurutnya, pertengkaran kecil sebaiknya tidak dianggap remeh, apalagi jika watak keduanya (suami istri) mudah tersinggung dan sulit untuk berdamai tentu ini akan sangat mudah untuk mengeluarkan kata-kata yang bernada perceraian yang dilarang agama.
Pada tahun 2015, kasus perceraian di Kabupaten Asahan ada sebanyak 1.175, namun pada tahun 2016 terhitung Januari sampai dengan 14 Desember 2016 sudah masuk 1.222 kasus atau meningkat sebayak 47 kasus.
Namun yang paling menonjol dari kasus tersebut banyaknya perempuan di Kabupaten Asahan yang menggugat suaminya sebanyak lebih kurang 800 kasus karena factor ekonomi rendah dan tingkat pendidikan yang rendah, bukan karena narkoba yang selama ini didengung-dengungkan orang.
Selain perceraian terjadi bukan hanya faktor ekonomi, ada sebanyak 4-5 persen terjadi karena masalah KDRT, narkoba, suaminya dipenjara, kemudian ada juga yang dimediasi Pengadilan Agama sebanyak 10 kasus, sehingga perceraian batal dilakukan untuk kembali membina rumah tangga.
Masih kata Alpun, sebenarnya ada beberapa solusi efektif untuk mencegah sekaligus menghindari terjadinya perceraian dalam rumah tangga, diantaranya cukupi kebutuhan lahir, kebutuhan lahir bisa meliputi finansial, pangan, rumah, perabotan, dan beberapa kebutuhan sekunder lainnya.
Semua kebutuhan lahir akan bisa didapatkan jika ekonomi rumah tangga dalam keadaan yang cukup, pastikan mempunyai pekerjaan yang layak sebelum menikah dan bisa mencukupi kebutuhan lahir rumah tangga, khususnya bagi seorang suami.
Mencukupi kebutuhan batin, salah satu penyebab terjadinya perceraian adalah karena kebutuhan batin tidak tercukupi, mungkin lebih sering mendengar kebutuhan batin dengan sebutan sex, ini penting karena salah satu tujuan utama pernikahan adalah untuk memenuhi hasrat sex secara halal, pastikan komunikasi aktif, komunikasi adalah hal yang sangat pokok dalam sebuah rumah tangga, komunikasi pasif antara suami istri bisa menimbulkan berbagai masalah yang menyebabkan terjadinya perceraian, pastikan lebih mengenal pasangan untuk menumbuhkan komunikasi aktif.
Bersikap terbuka bisa berarti mendiskusikan setiap masalah rumah tangga kepada pasangan, apapun masalah yang datang dalam rumah tangga adalah tanggung jawab kedua pasangan, jadi jangan menyimpan dan memendam masalah itu sendiri, selain itu masing-masing psangan harus mengetahui semua hal tentang rumah tangga, misalkan penghasilan uang, pengeluaran uang, dan hal-hal lainnya, pastikan tidak mempermasalahkan perbedaan status keluarga dengan pasangan, kaya, miskin, bentuk rupa dan fisik adalah sama, hanya hati yang membedakan dengan pasangan dihadapan Tuhan.
Berikan perhatian untuk pasangan, seperti ketika berpacaran, tetaplah memberikan perhatian kepada pasangan, tidak boleh membiarkan cinta dan kasih sayang kepada pasangan layu termakan oleh waktu begitu saja karena secara umum cinta dan kasih sayang kepada pasangan akan menurun sepanjang berjalannya waktu.
Luangkan waktu untuk keluarga, hindari pertengkaran, awal mula dari sebuah perceraian adalah karena sebuah pertengkaran, tentu pertengkaran adalah hal yang pasti terjadi dalam rumah tangga, tetapi harus bersikap bijaksana dalam masalah ini, pastikan mengalah dan tidak membiarkan pertengkaran menjadi masalah baru yang lebih besar serta yang paling peting adalah positif thinking dan hindari curiga berlebihan. (P1)