Asahansatu.com, Kisaran – Suasana duka meliputi kediaman pasangan suami istri Slamet (45) dan Salawati (43). Putra ketiga mereka, Dian Sanjaya (11) penderita kanker tulang (osteosarcoma) tutup usia sehari menjelang ulangtahunnya yang ke 12. Dihadapan jenasah putranya itu, Salawati tak mampu membendung air matanya yang jatuh. Suara isak tangisnya membuat para pelayat yang berada diruangan itu ikut menitikkan air mata.
Masih dari ruang tamu rumah Salawati yang hanya berukuran empat kali tujuh meter itu, lantunan ayat suci Al Quran masih merdu terdengar dibacakan oleh beberapa orang sanak keluarga sebelum mengiringi Dian pergi menuju tempat peristirahatannya terakhir menghadap Sang Khalik. Diluar teras jumlah pelayat masih terus menerus berduyun duyun datang membanjiri halaman rumah mereka.
Dian akhirnya menyerah. Tepat pada hari Senin (12/12/2016) pukul 23:45 WIB ia menghembuskan nafas terakhirnya dirumah tempat ia dibesarkan di Desa Sei Kamah I Dusun III Kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan. Kurang lebih tiga tahun lamanya, bocah itu bertarung melawan sakit akibat kecelakaan di bahu kanan, saat dia sedang bermain bersama teman seusianya.
Salawati, ibunda Dian terlihat ikhlas melepas kepergian putranya itu. Ia tak banyak bicara dan hanya melihat putra yang dibesarkannya seraya musibah ini adalah rencana yang terbaik diberikan Allah SWT untuk mereka. “Makasih ya, mohon doanya,” ujarnya kepada pelayat yang datang menyalami Salawati.
Sebulan yang lalu Dian memang sempat dirawat selama satu pekan di RSU Adam Malik Medan atas advokasi pemerintah kecamatan setempat. Namun tim dokter yang menangani Dian disana mengatakan tidak dapat banyak menolong untuk kesembuhannya. Kalaupun harus diamputasi itupun dengan resiko yang besar yakni pecahnya gumpalan daging yang berisikan darah kotor hingga mengakibatkan pendarahan hebat.
“Ketakutan dokter bedah yang memeriksa Dian ketika di Medan akhirnya terjadi. Luka yang ada ditangannya itu sudah terlanjur besar dan menjalar hingga pecah mengeluarkan darah,” kata Aldi Hasibuan tenaga medis yang membantu mengobati luka Dian.
Pada malam sesaat sebelum meninggal, Aldi ditelpon oleh keluarga Almarhum untuk datang karena benjolan luka Dian terlihat terus menerus mengeluarkan darah. Melihat kondisi tersebut ia tak bisa banyak berbuat dan hanya melakukan penolongan pemberhentian aliran darah. Sayangnya bocah malang itu menghembuskan nafas terakhirnya menaghankan rasa sakit yang teramat sangat.
“Dian sepertinya sudah tahu posisinya akan dipanggil. Ia meminta infuse dan oksigennya dilepas, setelah itu dia tiada,” kata Aldi.
Selasa, (13/12) sekitar pukul 10:30 WIB, usai fardhu kifayah, dengan disaksikan ratusan pelayat dan puluhan bocah berseragam sekolah dasar teman sekolah Dian, lantunan alfatihah mengantarkan Dian menuju tempat pemakaman umum yang berjarak sekitar 1 Kilometer dari rumahnya.
Diungkapkan pihak keluarga saat berbincang dengan Asahansatu.com, mereka sangat kehilangan dengan kepergian Dian. Semasa hidup bocah yang memiliki saudara kembar bernama Doni Sanjaya itu termasuk anak yang periang dan aktif.
“Meski merasa sangat terpukul dan kehilangan, kami pihak keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Dian. Mungkin ini sudah jalan yang terbaik dan takdir yang diberikan oleh Allah SWT,” ungkapnya. (Perdana.R)