JaDI Sumut dan KPU Asahan Gelar Diskusi Lawan Hoax, Tolak Politisasi Sara

oleh
oleh

ASAHAN — Komisi Pemilihan Umum ( KPU) bersama Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Sumut, bekerjasama dengan Universitas Asahan ( UNA). Gelar diskusi publik menjelang pemilu 2019 dengan tema “Lawan Hoax dan Tolak Politisasi Sara”. Acara yang berlangsung di kampus UNA Jalan Latsitarda Kisaran,Kamis (7/2) sekira pukul 10:00 WIB.

Dalam diskusi itu,Ketua KPU Kabupaten Asahan, Hidayat SP, dalam diskusinya mengatakan paling tidak ada empat hoax yang sudah dihembuskan untuk menyerang penyelenggara pemilu khususnya KPU.

“Jadi Hoax ini memang sudah menyerang penyelenggara pemilu,” tegas Hidayat dihadapan sekitar 250 mahasiswa dan aktifis ormas se-Kabupaten Asahan.

Menurut Hidayat, ada empat hoax yang sudah diarahkan oleh pihak-pihak yang punya kepentingan untuk menyerang KPU dan jajarannya. Pertama, terkait kotak suara yang diisukan terbuat dari kardus. Kedua, terkait surat suara tercoblos 7 kontainer. Ketiga, adanya informasi 14 juta orang gila yang masuk kedalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan yang keempat adanya sekitar 31 juta pemilih siluman.

Semua informasi hoax itu, dikatakan Hidayat sangat jauh dari fakta-fakta kepemiluan yang ada. Maka itu, Hidayat mengajak peserta diskusi publik bisa cerdas untuk melihat keadaan saat ini. Dikatakannya, KPU dan jajarannya sudah bekerja secara maksimal dalam mempersiapkan pemilu.

“Karena KPU Kabupaten/Kota merupakan perpanjangan tangan dari KPU RI. Maka ada upaya untuk menangkal hoax terkait fakta-fakta kepemiluan yang benar. Jadi ini yang akan kami lakukan sampai ke jajaran paling bawah,” kata Hidayat.

Sementara itu,Wakil Rektor II Universitas Asahan (UNA), Drs Zulkifli Simatupang, M.Pd, dalam diskusinya mengatakan bahwa hoax itu memang dibuat dengan sengaja untuk menyerang pribadi atau kelompok tertentu. Maka itu dia menegaskan sangat perlu dilakukan inisiatif melawan hoax, karena informasi menyesatkan seperti hoax melupakan subtansi bernegara.

“Kondisi saat ini membuat kita lupa pada substansi bernegara. Bahwa substansi bernegara ini untuk mensejahterakan rakyat. Memberikan kemudahan bagi rakyat. Itu substansi bernegara,” ujar Zulkifli Simatupang.

Zulkifli juga mengatakan,bahwa tindakan melawan hoax bisa dimulai dari diri sendiri dengan banyak membaca dan memferivikasi informasi yang diterima. “Karena kelompok masyarakat yang rentan hoax adalah kelompok yang jarang mendapatkan informasi yang benar. Itu sebuah hal yang pasti,” tegas Zulkifli.

Kondisi saat ini menurut Zulkifli lagi,sudah sangat kritis karena virus hoax sangat mengganggu kerukunan di masyarakat. Maka itu, dia mengajak semua pihak yang punya kepentingan pada pemilu dan demokrasi untuk berpolitik secara santun.

“Kita kehilangan subtansi berpolitik. Jangan selalu menyalahkan pemimpin saat ini. Ini sudah sangat kritis, dan sudah sangat memprihatinkan sekali,”tegasnya.

Sedangkan Presidium JaDI Sumut, Benyamin Pinem, mengamini apa yang dikatakan Zulkifli. Menurutnya perlu upaya yang lebih keras untuk melawan hoax dan menolak politisasi SARA. JaDI Sumut dikatakan Benyamin mempunyai komitmen untuk ikut menciptakan iklim demokrasi yang damai. Sebagai komunitas mantan penyelenggara pemilu, JaDI Sumut dikatakan Benyamin menginginkan Pemilu 2019 berjalan lancar.

Dikatakanya, diskusi publik jelang pemilu 2019 yang dilaksanakan JaDI Sumut sudah dilakukan di tiga titik, yakni di Universitas Medan Area (UMA), Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut dan Universitas Asahan (UNA).

Selanjutnya JaDI Sumut juga akan menggelar diskusi serupa pada Jumat (8/2) besok, di Universitas Al Washliyah Labuhan Batu. Dalam kegiatan diskusi publik ini, JaDI Sumut selalu melibatkan jajaran KPU dan Bawaslu sebagai narasumber. Selain itu, pelibatan akademisi juga menjadi point penting JaDI Sumut dalam melaksanakan diskusi yang bertujuan melawan hoax dan politisasi SARA.(**)