Asahansatu | Umroh dan atau Haji itu adalah panggilan Allah. Merupakan ungkapan yang kuat seakan memiliki makna dan spiritualitas yang dalam serta emosional. Selain keharaman yang berarti kesucian dua kota; Mekah dan Madinah, dikatakan demikian lantaran pelaksanaan berbagai ibadah di dalamnya yang istimewa yang tidak dapat dilaksanakan selain di sana. Juga pahala seperti terhadap shalat dengan diganjar berlipat hingga seratus sampai seribu kali.
Shalat dua rakaat di Hijir Ismail, memandang Ka’bah serta berdo’a, keistimewaan ibadah adalah terdapat ibadah “badal” atau peran pengganti berupa dapat menggantikan orang lain dalam pelaksanaan umrah/haji. Bagian terakhir ini bahkan dapat menjadi hadiah tertinggi bagi seorang anak terhadap orang tuanya yang tidak bisa melaksanakan sendiri lantaran pertimbangan kesehatan fisik dan mental maupun telah meninggal.
Merasakan kehadiran Tuhan dan Nabi Muhammad secara otentik secara utuh itu ketika umroh merupakan keistimewaan ibadah satu ini sebagaimana disampaikan oleh Habib Ja’far. Walaupun diakui utamanya di hati meski di tanah air, namun diusahakan ke sana. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an Surat Aali Imran ayat 97, artinya:
“Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas (di antaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Bait Allah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”
Keistimewaan-keistimewaan tersebut semakin membuat rindu agar dapat beribadah dan menunaikan berbagai rangkaian dalam ibadah umroh dan haji di sana. Sudah selayaknya berusaha sebisa daya untuk dapat menggapainya. InshaaAllah semua pembaca dapat dimampukan untuk sampai ke sana.
Kembali kepada pengertian kata “panggilan”, terasa bermakna tidak oleh mereka yang tentunya istimewa telah dapat memenuhinya, namun bagi hamba yang sangat mengharapkan namun belum diberi keberuntungan besar tersebut. Mendengar kesaksian demi kesaksian menumbuh kembangkan keinginan yang menjadi semakin kuat seiring pengungkapan pengalaman spiritual yang dirasakan seiring religiusitas yang dialami. Ditambah bukti terjawabnya do’a yang dipanjatkan menyempurnakan semuanya.
Oleh:
Nazwa, S. Fil. I., M. Phil
(Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)