Saksi Hidup, “Revolusi Sosial 1946, Militer Jepang Selamatkan Sultan Asahan Ke – XI dari Amukan Massa”

oleh

ASAHAN — Meski sudah 72 tahun berlalu, namun bagi Keluarga Kesultanan Asahan, peristiwa 3 Maret 1946 masih membekas jelas diingatan mereka.

Ialah Tengku Alexander putra ke 8 dari Sultan Asahan ke 11 Tengku Saibun Abdul Jalil Rahmadsyah. Kepada wartawan, Tengku Alexander mengaku, ia masih mengingat peristiwa tersebut dari cerita ayahnya yang merupakan Sultan Asahan.

Menurutnya kedatangan kembali pasukan Belanda ke Indonesia merupakan salah satu penyebab terjadinya revolusi sosial 1946.

“Saat itu banyak ungkapan orang bahwa Belanda itu datang kembali karena permintaan para raja/sultan. Padahal sebenarnya tidak. Waktu masa kesultanan itu sebenarnya kesultanan Asahan tak senang hati dengan pemerintahan Belanda. Namun karena masa itu kekuatan Belanda cukup kuat, terpaksa kesultanan mengikuti. Karena jika dilawan pun percuma,” ucap Tengku Alexander.

Masih dari Tengku Alexander, sesuai pengakuan ayahnya, saat revolusi sosial Tengku Saibun Abdul Jalil Rahmadsyah yang saat itu memakai pakaian putih dan celana putih membawa parang dan pistol dan lari kebelakang istana Kesultanan Asahan lalu memanjat pohon. Setelah merasa aman Tengku Saibun turun dan berlari ke sungai lalu menyeberanginya. Lalu lari ke markas Jepang. Kepada militer Jepang Tengku Saibun minta dibawa ke Siantar.

Ternyata meski sudah di Siantar warga terus mengejar Tengku Saibun. Kepada tentara Jepang warga meminta agar Tengku Saibun diserahkan. Namun oleh tentara Jepang menolaknya dan angkat senjata. Melihat itu warga pun mundur.

Namun istri Sultan Asahan ke 11 tertangkap warga dibunuh juga anak perempuan Tengku Saibun yang merupakan kakak dari Tengku Alexander.

“Ibu saya dibunuh, kakak saya dibunuh, termasuk adik ayah saya namanya Tengku Abdul Mazid yang adik beradik kandung dengan Sultan Saibun. Harta benda kami dirampas,” tutur Alexander. (AS-1)

No More Posts Available.

No more pages to load.