Terkait Penggalian Sumur Tua, DPW Lembaga Budaya Melayu Tuah Deli Asahan

oleh
oleh
Proses pencarian di lokasi

Kisaran – Penggalian sumur tua berisi tulang belulang manusia diduga organ tubuh Sultan Asahan yang berada di lahan PTPN III, tepatnya di Afdeling VI Kebun Sei Dadap Asahan dipastikan berdasarkan keterangan sejumlah saksi hidup, dan bukan berdasarkan keterangan paranormal.

Hal ini ditegaskan Syahril Edi selaku Wakil Ketua DPW Lembaga Budaya Melayu Tuah Deli Kabupaten Asahan ditemui asahansatu.com di sekretariatnya, di jalan Sisisngamangaraja Kisaran, Rabu (2/5) siang, menanggapi sejumlah rumor terkait penggalian tersebut.

“Bisa lihat sendiri, saat penggalian tidak ada kita sertakan dukun, tidak ada bakar bakar menyan. Kita lakukan berdasarkan keterangan saksi hidup, salah satunya Almarhumah Nek Ayang,” ucap Syahril didampingi Indra Purnawan.

Dijelaskan keduanya, berdasarkan keterangan dari zuriat (keturunan) kesultanan asahan, bernama Tengku M Ikbal Bustaman, semasa hidupnya, nek Ayang mengatakan bahwa suaminya bernama Tengku Madrail salah satu korban yang dibunuh dan jasadnya dimasukkan ke dalam sumur tua tersebut.

“Nek Ayang ini uwaknya Sultan Asahan sekarang, dr Tengku Abraham. Jadi kita sampaikan lagi, penggalian ini kita lakukan berdasarkan keterangan saksi saksi, jadi tidak ada yang berbau mistik,” timpal Indra Purnawan.

Lanjut Indra, selain pengakuan Nek Ayang kepada tengku ikbal, salah satu saksi hidup lainnya juga ada memberikan keterangan yang sama.

“Tidak etis bila saya sebutkan nama, silahkan tanya langsung saja dengan tengku (ikbal), nanti saya salah cakap, saya sangat hormati beliau. Tapi saat kejadian itu, ada korban, berusia 11 tahun yang berhasil melarikan diri. Sekarang beliau masih hidup. Banyak yang membenarkan para korban dibawa ke arah sumur itu, tapi memang tidak ada yang melihat langsung dimasukkan ke dalam sumur apa tidak,” ungkap Indra.

Diakui Indra lagi, penggalian yang dilakukan mereka bukanlah sekedar untuk tersebut mencari sensasi, tetapi hanya ingin membuktikan kebenaran dari kejadian tersebut.

“Kita tidak mencari siapa dan berapa jumlah korban yang dibuang di sumur tua. Kita juga tidak mencari tahu siapa yang salah. Kita hanya ingin meluruskan kalau kejadian revolusi sosial tahun 1946 itu benar terjadi. Dari pihak kesultanan asahan kita diberikan mandat, jadi bukan untuk cari sensasi. Dan tujuan dari keluarga kesultanan asahan hanya agar tulang belulang tersebut bisa dimakamkan secara islami,” jelas Indra, yang juga menjabat sebagai wakil ketua DPW Lembaga Melayu Tuah Deli Kab Asahan.

Proses pencarian di lokasi
Untuk diketahui, Senin (29/4) lalu Lembaga Budaya Melayu Tuah Deli bersama keluarga kesultanan asahan melakukan penggalian sumur tua yang berada di areal Perkebunan Sawit milik PTPN III Sei Dadap.

Dalam penggalian tersebut, tim penggalian diketuai Datok Muda Azroi mendapati sejumlah tulang belulang manusia. Rencananya, tulang belulang tersebut nantinya akan dimakamkan secara islam di areal Mesjid Raya Sultan Achmadsyah Tanjung Balai.

Adapun tulang belulang tersebut diduga milik korban pembantaian saat terjadinya revolusi sosial, 3 maret 1946 silam, yang terjadi di kabupaten asahan dan kota tanjung balai, sebahagiannya merupakan keturunan sultan asahan.

“Guna mengungkap kebenaran dan menggali sejarah bahwa pernah terjadi pembantaian besar besaran di sumatera timur atau sering disebut revolusi sosial,” ucap Indra Syah, ketua panitia pada sejumlah wartawan saat itu. (A2)

No More Posts Available.

No more pages to load.