Jakarta – Donald Trump resmi memenangkan pemilu Amerika Serikat (AS) dengan mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS memberikan efek kepada pasar modal dunia, salah satunya adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I, ditutup jatuh 160,986 poin (2,95%) ke 5.289,320. Beberapa pasar modal dunia juga ikut bereaksi atas terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS ke-45.
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida, anjloknya indeks pada pembukaan perdagangan ikut dirasakan pasar saham di negara lain. Dirinya berharap, sentimen negatif ini tidak terjadi dalam waktu yang lama.
“Kalau kita lihat dampak perkembangan global memang berpengaruh pada negara di emerging market. Saya rasa semua negara berpengaruh, tidak terkecuali Indonesia,” jelas Nurhaida di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/11/2016).
“Tapi kembali lagi, market kita harus kita jaga confidence-nya. Sehingga mudah-mudahan dampaknya temporer,” tambah Nurhaida.
Pelemahan indeks harga saham pada pembukaan perdagangan di pasar modal dunia utamanya disebabkan oleh kekhawatiran investor akan kebijakan yang akan diterapkan di era kepemimpinan Donald Trump.
Spekulasi investor akan kenaikan suku bunga AS, The Fed Fund Rate (FFR) juga ikut berkontribusi terhadap anjloknya indeks saham di awal perdagangan.
“Ini tentu melihat mengamati dengan adanya pimpinan baru Amerika Serikat apakah kebijakan seperti apa. Apakah Fed mengambil tindakan menaikkan atau tidak menaikkan FFR,” ujar Nurhaida.
Bank sentral AS The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya di akhir tahun ini. Kenaikan suku bunga AS mencerminkan adanya perbaikan kondisi perekonomian yang semakin baik di negeri Paman Sam.
“Kalau FFR dinaikkan di mana itu mencerminkan kondisi Amerika Serikat yang membaik. Dari investor asing mungkin lihat AS dianggap membaik dicerminkan FFR naik,” tutup Nurhaida. (dfc)